I mean I miss my Father in Law.
I miss to see him, a lovely Father whom I have never met in person.
đ
Sejak diawal aku kenal sama suami, dia sudah ceritakan tentang aku ke papanya. Karena mereka berdua memang dekat dan akrab sekali. Aku lumayan sering ngobrol dengan papa mertua lewat video call dan chat di whatsapp, papa mertua yang waktu itu masih calon mertua sampai rela latihan dan memperbaiki bahasa Inggrisnya supaya bisa lebih lancar ngobrol denganku. Padahal seharusnya aku yang lebih giat berlatih memperbaiki kemampuan bahasa Belanda ku supaya bisa ngobrol dalam bahasa Belanda dengan beliau. Huhu.
Papa mertua yang aku kenal dengan cukup baik tapi belum pernah satu kalipun kami bertemu secara langsung, ngobrol dan minum wine sama – sama seperti yang beliau janjikan saat beliau tahu akan segera pindah ke Belanda, karena pertemuan pertamaku dengan beliau di Belanda adalah sekaligus menjadi pertemuan terakhir kami, karena hari itu adalah hari dimana aku bersama suamiku menutup peti mati beliau. Ya, itu hari pertama dan terakhirku melihat dan memegang tangan beliau secara langsung.
Banyak orang yang datang di hari kremasi beliau, aku mendengar banyak sekali cerita tentang kebaikan dan ketulusan hati beliau dari mereka. Kehilangan seorang papa mertua seperti beliau adalah salah satu kehilangan yang terberat dalam hidupku.
Suamiku bilang aku dan papanya punya beberapa kesamaan, seperti sama – sama suka lagu – lagunya The Beatles, suka warna merah, minum red wine, makan ikan haring dan picanto.
Kalau beliau masih ada diantara kami sekarang, pastilah menyenangkan, ada orangtua disini, aku bisa minta diajari masak Dutch food, bisa dengerin lagu – lagu The Beatles dari koleksi piringan hitamnya sembari minum wine sama – sama. Bisa latihan ngomong bahasa Belanda juga sama beliau kayak teman – temanku yang sering cerita kalau mereka belajar ngomong bahasa Belanda dengan mertua mereka disini. :’)
We miss you so much, Daddy.
Semoga Daddy selalu bahagia disana bersama Bapa, Bunda Maria dan para malaikat.
Amen.