KERJA DI BELANDA

gambar nyomot dari google

Di postingan sebelumnya yang ini aku cerita tentang proses aku mencari dan mendapatkan pekerjaan di Belanda. Sekarang aku mau cerita tentang pekerjaan yang aku lakukan sejak aku pindah ke sini. Dua tahun lalu, tepatnya bulan Agustus 2019 aku mulai bekerja sebagai volunteer yang dibayar di basisschool atau sekolah dasar di dekat rumahku. Alasanku melamar pekerjaan sebagai volunteer ini supaya aku ada kegiatan lain selain belajar bahasa Belanda dan mengurus rumah tangga, selain itu aku juga jadi bisa mempraktikkan kemampuan bahasa Belandaku yang waktu itu masih cetek banget karena sebagai overblijfkracht tugasku adalah mengawasi dan menemani murid-murid di dalam dan di luar kelas saat jam istirahat siang mereka jadi mau tidak mau aku harus sering berkomunikasi dengan mereka, juga para guru dan kolega volunteer yang lainnya. Aku senang bekerja sebagai overblijfkracht tapi sejak negara api (baca: pandemi covid19) menyerang pekerjaanku sempat terhenti beberapa kali karena pemerintah mengharuskan murid-murid di Belanda untuk sekolah online dan belajar dari rumah, ketika mereka kembali ke sekolahpun tidak semua overblijfkracht diizinkan kembali bekerja karena aturan yang berlaku untuk menjaga jarak aman dan meminimalisir jumlah orang di tempat-tempat tertentu. Setelah kurang lebih dua tahun menjadi overblijfkracht, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.

Setelah melamar dan interview kerja di beberapa tempat, akhirnya aku memutuskan untuk kerja di pabrik makanan A. Aku kerja di sana via uitzenbureu. Alasanku memilih kerja di sana karena bayarannya yang paling besar di antara semua pilihan pekerjaan yang ada saat itu dan dekat dengan tempat penitipan anjing atau hondopvang jadi akan lebih mudah kalau anjingku harus dititipkan di hondopvang ketika aku dan suamiku kerja seharian. Jobdeskku di pabrik makanan A adalah memastikan stock kemasan makanan yang akan digunakan oleh mesin pengemas selalu cukup karena kalau stock kemasannya kurang atau kosong maka mesinnya akan error dan berakibat fatal ke proses produksi. Karena aku bekerja dengan mesin jadi aku harus bekerja secara cepat menyesuaikan kecepatan mesinnya. Tidak susah juga sebenarnya apa yang aku kerjakan di sana tapi yang jadi masalah adalah aku harus berdiri saat bekerja dan hanya boleh duduk saat jam istirahat. Nah, ini yang bikin aku menyerah karena sesungguhnya harus berdiri berjam-jam bukanlah sesuatu yang aku sukai, badanku sakit semua sampai aku beberapa kali hampir menangis karena menahan rasa sakit dan lelah yang luar biasa. Keesokan harinya aku memutuskan untuk berhenti saja karena aku tidak sanggup bekerja dengan sistem seperti itu.

Di Belanda pekerja punya hak untuk memutuskan hubungan kerja selama periode tertentu tanpa ada tuntutan atau denda apapun dari pihak pemberi kerja dan tetap mendapatkan gaji sesuai jam kerjanya. Oh iya, aku lupa bilang diawal kalau sistem kerja di sini dihitung per jam ya bukan per hari seperti di Indonesia jadi gajinya sesuai dengan berapa jam kerja yang sudah diselesaikan. Pekerja harus dibayar sesuai dengan aturan yang berlaku dari pemerintah. Setiap sektor pekerjaan memiliki jumlah minimal uurloon atau gaji per jam yang berbeda. Adanya pengalaman kerja juga bisa menjadi pertimbangan bagi para pemberi kerja untuk memberikan gaji yang sesuai untuk pekerjanya. Karena gaji dibayar per jam maka pemberi kerja tidak membayar jam istirahat pekerja (istirahat utama selama 30 menit) dan juga tidak wajib membayar jam istirahat lainnya jika istirahatnya lebih dari satu kali (jam istirahat tambahan ini biasanya selama 15 menit). Jadi kalau kerjanya 8 jam sehari dengan satu kali istirahat selama 30 menit maka pekerja akan mendapat gaji hanya untuk 7,5 jam saja. Uurloon ini sifatnya brutto jadi pemberi kerja akan memotong uurloon sesuai besar pajak yang berlaku bagi pekerja dan pekerja hanya akan menerima gaji sesuai jumlah nettonya saja. Ada juga potongan lainnya biasanya untuk dana pensiun. Kurang lebih samalah seperti di Indonesia pekerja (se)harus(nya) membayar pajak dan menabung untuk dana pensiun melalui BPJS Ketenagakerjaan.

Setelah memberi tahu uitzenbureau pabrik A kalau aku mau berhenti kerja di sana, lalu aku menghubungi uitzenbureau yang lain yang mempertemukan aku dengan intrviewer dari pabrik obat yang sempat aku tolak sebelumnya untuk menanyakan apakah mereka masih butuh orang di pabrik obat tersebut, Puji Tuhan, jawabannya iya dan mereka dengan senang hati mau menerimaku untuk bekerja di sana 🙂 so sejak hari Senin kemarin aku mulai bekerja di pabrik yang mengolah bunga cannabis atau ganja menjadi obat secara legal dan sesuai standar kesehatan Belanda dan Uni Eropa. Karena aku bekerja part time jadi aku hanya bekerja tiga hari dalam seminggu, Senin s/d Rabu. Mereka juga bisa memintaku untuk bekerja di hari Kamis dan/atau Jumat jika diperlukan tapi bekerja di hari lain selain yang tertera di kontrak kerja ini bukanlah menjadi sebuah kewajiban jadi pekerja berhak menolaknya dan pemberi kerja tidak boleh memaksa. Sedari awal aku sudah merasa sreg dengan orang-orang dan atmosfer di pabrik obat tersebut jadi tidak susah bagiku untuk beradaptasi. Jobdeskku juga tidak susah untuk dilakukan, aku hanya harus memastikan bunga ganja yang sudah dikeringkan selalu dalam keadaan bersih dan higienis sehingga bunga ganja tersebut bisa diproses lebih lanjut untuk menjadi obat bagi orang yang membutuhkan. Aku juga tidak perlu berdiri selama bekerja dan bisa istirahat sebanyak tiga kali. Hanya saja tantangannya adalah aku harus bekerja secara teliti dan membiasakan diri dengan bau tanaman ganja. Tapi baunya ini jauh lebih mendingan jika dibandingkan dengan bau ganja yang digunakan untuk rokok atau bau ganja yang bisa kita hirup di banyak tempat di Amsterdam. Sejauh ini aku happy bekerja di sana, semoga saja aku betah dan bisa lama bekerjanya supaya aku bisa menabung banyak euro dan menjadi kaya raya. Amin. 😛

2 thoughts on “KERJA DI BELANDA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *