Sejak main sosial media Quora Indonesia, saya seringkali membaca komentar orang-orang yang membayangkan betapa menyenangkannya hidup di luar negeri. Banyak juga yang mengatakan impiannya adalah menikah dengan bule Kaukasian dan tinggal di luar negeri (biasanya yang dimaksud adalah tinggal di negara-negara maju). Kebanyakan dari orang-orang Indonesia ini hanya melihat dari sisi enaknya saja sedangkan sisi tidak enaknya tidak mereka lihat becuase the grass is always greener on the other side.
Orang-orang seperti mereka berpikir kalau hidup di negara-negara seperti Amerika, Canada, Australia, Belanda, Singapura, Jerman, Swiss, Belgia, Perancis, dan negara-negara maju lainnya maka hidupnya akan selalu senang, tenang, tentram, dan bahagia seperti yang sering mereka lihat di TV ataupun media sosial. Padahal sudah cukup sering para diaspora Indonesia memperlihatkan sisi tidak enak hidup di luar negeri ke muka publik baik secara langsung maupun tidak langsung seperti lewat sosial media. Tapi tetap saja sisi tidak enak ini tidak begitu menarik untuk dilirik.
Tinggal di luar negeri tidak ada bedanya dengan di Indonesia. Contohnya di Belanda, semua orang dewasa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing bahkan Raja dan Ratu Belanda pun tetap sibuk bekerja untuk kerajaan dan negara, mereka tidak bisa hanya ongkang-ongkang kaki dan menerima gaji saja. Semua orang (kecuali keluarga Kerajaan, orang miskin dan pensiunan) harus membayar pajak yang jumlahnya sangat tinggi dan banyak jenisnya. Gaji di sini memang cukup tinggi jika dikonversikan ke Rupiah tapi kan biaya hidup di sini lebih tinggi dari di Indonesia dan semuanya dibayar dengan Euro jadi kalau tidak ada uang atau penghasilan yang cukup ya akan sulit untuk menikmati hidup seperti yang ditampilkan di sosial media. Para diaspora yang bolak-balik liburan ke Indonesia atau negara lainnya, beli ini itu tiap bulan atau tiap minggu pun harus bekerja keras untuk membiayai lifestylenya.
Di Belanda pemerinta memang memberikan toeslagen atau bantuan sosial tapi tidak semua orang bisa mendapatkan toeslagen ini, pun jumlahnya tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya. Hanya orang yang tidak mampu secara finansial alias miskin yang mendapatkan banyak bantuan sosial dari pemerintah. Apakah kamu mau jadi orang miskin di negara orang dan dicap sebagai beban sosial saja oleh orang lain karena mereka membayar pajak yang sangat tinggi supaya kamu bisa menerima bantuan sosial dari uang pajak mereka? Tentu saja tidak ada yang mau jadi orang miskin. Artinya kamu harus bekerja keras supaya bisa hidup layak di sini ataupun di negara maju lainnya tapi persaingan untuk mendapatkan pekerjaan pun sangat tinggi, kalau kamu tidak punya keahlian khusus dan/atau pendidikan tinggi yang sesuai persyaratan pemberi kerja maka kamu harus siap untuk kerja kasar, kerja yang mungkin tidak terbayangkan sewaktu kamu di Indonesia. Banyak juga diaspora yang dulunya bekerja kantoran dengan posisi yang mentereng di Indonesia tapi di Belanda dia bekerja sebagai pramusaji di restoran, pelayan toko, cleaning service, dsb karena kenyataan hidup di sini tidak selalu seindah yang dibayangkan. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut, semua pekerjaan di sini dianggap baik asalkan tidak melanggar hukum.
Do you get what I mean here?
I mean… the grass is not always greener on the other side, darling. Jadi berpikirlah masak-masak sebelum memutuskan untuk pindah ke luar negeri. Setidaknya pahami juga bahwa hidup di luar negeri tidak selalu enak, senang, tenang, tentram, dan bahagia seperti yang kamu bayangkan.